Selasa, 07 Oktober 2008

Pandangan Luar terhadap aceh

KabarIndonesia - Setelah dua hari mulai tgl 19 dan 20 mengikuti workshop membangun relationship antara seluruh refugee/pengungsi di Amerika yang diadakan di Hotel Omni Shoreham 2500 Calvert st Washington DC di hotel ini sering dilakukan pertemuan besar seperti congress Amerika tetapi kali ini di hotel mewah ini giliran pengungsi se-Amerika yang melakukan pertemuan untuk membagi pengalaman konflik yang melanda negara mereka.

Pertemuan ini diadakan oleh International Rescue Committee and Nationalities Services Center. Pertemuan ini dihadiri oleh empat puluh organisasi refugee di Amerika dan juga perwakilan pemerintah Amerika beserta tokoh-tokoh NGO yang punya hubungan langsung dengan pemerintah Amerika dan juga sudah berpengalaman menangani konflik. Dalam pertemuan ini lebih kepada evaluasi dan pemetaan kondisi objektif di negaranya masing-masing dan juga mencoba mencari solusi bagaimana penyelesaiannya.

Di hari yang terakhir pertemuan hampir semua peserta merasa sedih dan simpati kepada masyarakat Acheh. Ini disebabkan selepas Muhammad Nurul Akhalil Sebagai President Aceh Center yang pernah membuat demonstration yang melibatkan tiga ratus ribu masyarakat di Aceh Utara pada tahun 2003 untuk menuntut Cease-fire dengan organisasi SURA (suara rakyat Aceh) membedah semua persoalan masyarakat Aceh yang belum bisa keluar dalam penderitaan selepas dihantam konflik berkepanjangan yang menimbulkan banyaknya jatuh korban masyarakat sipil beserta tidak ada proses hukum Indonesia terhadap para pelaku kejahatan kemanusiaan di Acheh dan ditambah lagi dengan terjadinya musibah tsunami yang telah dapat membuka mata masyarakat internasional dalam menekan pemerintah Indonesia untuk stop perang terhadap Acheh maka kedepan dengan sebuah harapan masyarakat internasional untuk tidak menunggu tsunami yang kedua untuk membantu masyarakat Aceh.

Setiap ada penindasan itu tanggung jawab kita semua sebagai bangsa yang beradab dan percaya kepada asas persatuan dan kesatuan. Muhammad Nurul Alkhalil menjelaskan walau pun perdamain telah tercapai di Aceh antara GAM dan RI tetapi masyarakat Aceh masih menderita karena ulah penguasa Indonesia yang tidak berpihak kepada masyarakat yang menderita dengan bukti sampai sekarang korban tsunami dan konflik belum mendapatkan keadilan di negaranya sendiri. Ini juga tidak terlepas daripada lemahnya perhatian masyarakat internasional dalam menekan pemerintah Indonesia untuk menghargai masyarakat yang tertindas di Aceh.

Dalam pertemuan tersebut Muhammad Nurul sempat menyinggung tentang program reintegrasi yang tidak jalan bahkan hampir bisa kita katagorikan gagal yang menimbulkan penyesalan dan kekecewaan masyarakat Aceh terhadap pemerintah Indonesia. Ditambah lagi pemerintah Indonesia dengan sengaja membangkitkan konflik herizontal di Aceh dengan cara melanggar MOU Helsinki dan mau memecah-belahkan Aceh yang sangat bertentangan dengan adab dan peradaban masyarakat Aceh.

Muhammad Nurul meminta kepada semua peserta baik dari kalangan pemerintah Amerika dan NGO untuk tidak melupakan bangsa Aceh yang terus tertindas dan menjadi tamu di dalam negaranya sendiri karena penindasan yang terus dirasakan oleh masyarakat Acheh ini dapat mematikan nilai-nilai HAM dan demokrasi yang berdampak ketidak-percayaan masyarakat Aceh terhadap hukum International.
Sumber :www.kabarindonesia.com

Tidak ada komentar: