Selasa, 30 September 2008

Masa Kecil Obama dan Kaitannya Dgn Ford Fondation

Saya (Wimar Witoelar, red) termasuk orang yang senang mengikuti peristiwa-peristiwa di luar negeri selain dalam negeri. Di Amerika sekarang ada peristiwa yang selain asyik juga penting yaitu pemilihan presiden Amerika Serikat yang sudah mencapai tahap di mana hanya ada dua calon.

Partai Republik mencalonkan John McCain dan Partai Demokrat mencalonkan Barack Obama. Nah, keunikan Barack Obama adalah dia pernah tinggal selama empat tahun di Indonesia semasa kecil. Kita sangat beruntung bisa bertemu salah satu dari teman Barack Obama yang dulu dipanggil Barry Soetoro karena ayah tirinya bernama Lolo Soetoro dan ibunya bernama Stanley Ann Dunham.

Saat ini ada sekelompok orang yang sekarang sering tampil untuk bercerita mengenai masa kecil mereka dengan Barack Obama, yang sering terkena pemberitaan tidak benar. Kelompok ini bisa memberikan kesaksian yang sangat benar. Jadi kini kami menghadirkan Rully Dasaad, salah satu teman Barack Obama.

Rully Dasaad mengungkapkan kawan-kawannya sewaktu SD rata-rata bangga karena Barack Obama pernah menjadi bagian dari hidup mereka sewaktu kecil. Pada saat itu pendidikan di SD Besuki sangat bagus, benar-benar kebhinnekaan.

Setiap hari Senin mereka juga membaca Pancasila, berbaris masuk kelas. Obama pun ikut membacanya, dia mengetahui apa arti Pancasila. Rully sebetulnya agak kaget Obama mempunyai slogan: change, believe. Slogan itu menyangkut keadilan, kebhinnekaan, antara ras dan agama, keadilan politik bagi setiap bangsa. Itu ada di Pancasila kita yang saat itu setiap hari Senin dibaca. Berikut wawancara Wimar Witoelar dengan Rully Dasaad.
Bagaimana awal Anda bertemu dengan Barack Obama semasa kecil?

Kami ingat pada tahun 1970 Barry datang dikenalkan oleh wakil kepala sekolah dan guru kelas kami sebagai murid baru bernama Barry Soetoro dari Hawaii. Dia datang dengan mamanya yang seorang bule putih dan ayah tirinya Pak Soetoro yang berseragam Tentara Nasional Indonesia (TNI) hijau. Kita sempat bingung juga kok ada bule setengah negro. Tapi kita sebagai anak-anak tidak mempunyai interest untuk mencari tahu secara detil.

Kita cuma beranggapan orang Hawaii seperti dia bentuk tubuhnya. Pada awalnya dia malu karena masih menyesuaikan diri. Saya bisa lihat dia sebenarnya anak mami. Itu terlihat sekali karena Barry awalnya malu bernyanyi dan malu berinteraksi. Dalam beberapa hal, dia mendapat satu pengecualian saat itu supaya betah dulu di kelas.

Apakah Barry lancar berbicara bahasa Indonesia?

Dia mengerti bahasa Indonesia. Di kelas kalau Pak guru berbicara terlalu cepat, ia akan bertanya apa maksudnya. Di kursi depan dia kebetulan ada Sandra Sambuaga dan sebelah kanannya ada Oetoyo Oesman, dia akan bertanya kalau tidak mengerti.

Terus terang saja SD Besuki itu sekolah elit di daerah Menteng, Jakarta Pusat dan saya mendengar banyak orang terkemuka di sana. Betulkah?

Iya, memang saat itu di sana banyak anak pejabat pemerintah, orang-orang middle class ke atas.

Jadi Barry sudah terbiasa dengan lingkungan yang middle class ke atas?
Iya betul. Jadi saat itu di kelas kita terdiri atas murid yang orang tuanya pejabat tinggi, pejabat pemerintah, businessman, dokter terkenal, dan bankir seperti Nyoman Moena yang anaknya sekolah di situ.

Sampai kapan Anda bersekolah di sana bersama Barack Obama?

Sejak tahun 1972 atau masuk kelas lima, saya sudah tidak pernah melihat lagi Barack Obama. Kita ingin tahu iseng-iseng yang detil dari Barack Obama. Bagaimana Barry kalau pergi ke sekolah, apa kendaraan yang mengantarnya?

Pernah beberapa kali saya melihat dia dibonceng motor, kadang-kadang naik mobil, atau juga dititip dengan kawannya Hardi Surya yang sekarang di Bali. Paling sering diantar jemput pulang.

Apakah ibunya suka datang?

Suka. Saya bersahabat dengan Widianto teman sebangkunya. Saya suka mengajak Widianto dan Barry main ke rumah, tapi Barry selalu tidak bisa karena sepertinya dia harus pulang tepat waktu.

Wah anak mami dong?

Iya, karena itu saya menyebut dia anak mami.

Kalau jam istirahat, apa permainan dia?

Wah dia itu tidak bisa diam. Kita selalu main kalau jam istirahat, main petak gebok yang merupakan favoritnya, main gundu juga, gasing, dan mainan tradisional anak-anak saat itu.

Apakah dia kompetitif kalau bermain?

Dia selalu main fair dan tidak suka dicurangi.

Apakah dia suka berantem?

Dia tidak suka berantem. Dia memang terlihat berbadan bongsor, chubby begitu tapi hatinya baik. Saya tertarik berbagai segi Barack Obama karena mengikuti dia dari berbagai publisitas. Katanya, dia dekat dengan ibunya yang remarkable woman dan sewaktu di konvensi Partai Demokrat juga diceritakan figur Ibu Obama. Bagaimana kesan

Anda mengenai ibunya, Stanley Ann Dunham?

Dari awal kita melihat bahwa dia itu anak mami. Dia benar-benar seorang anak yang sempurna dibesarkan dengan banyak love and affection. Dia banyak tahu tentang Indonesia, itu berdasarkan yang saya baca dari buku terakhirnya. Dia cerita tentang Indonesia, dia pernah ke Bali. Dia mengatakan,

“Saya takut negara ini menjadi negara asing karena sudah banyak berubah.” Ternyata, ibunya sampai tahun 1983 masih tetap balik ke Indonesia. Sejak pisah dari bapaknya pada tahun 1972, ibunya mengunjungi Indonesia dalam rangka kerja di Indonesia untuk lembaga swadaya masyarakat (Non-Governmental Organization – NGO) yang dibiayai oleh USAID. Ibunya banyak membimbing ibu-ibu di desa untuk hidup lebih civilized.

Di masa itu dia juga pernah bekerja untuk Ford Foundation dan ikut mengurus lahirnya Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia). Dia memang sangat terlibat dalam kehidupan di Indonesia.

Betul, boleh dikatakan ibunya itu sangat pencinta Indonesia, negara kedua setelah negaranya. Stanley Ann Dunham mengajarkan wanita di Indonesia cara hidup yang benar, civilized, menyumbangkan mesin jahit, membimbing, dan lain-lain sampai dengan tahun 1983. Barry banyak di-update mengenai Indonesia oleh ibunya.

Walaupun dia tinggal di Hawaii dengan neneknya?

Nah, saya juga mengetahuinya setelah membaca bukunya bahwa dia mengetahui juga tentang Soeharto, dan lain-lain. Darimana dia tahu padahal dia sudah pergi dari Indonesia sejak tahun 1972? Jadi semua bisa melihat kalau inspirasi ibunya sangat kuat. Sewaktu dia berpidato di konvensi Partai Demokrat, pidatonya dikaitkan dengan pengalaman hidupnya.

Misalnya, mengenai kesehatan terkait sewaktu ibunya terkena kanker, yaitu bagaimana asuransinya, bagaimana kebijakan pemerintah saat itu. Karena itu saya percaya pembentukan jiwa dia itu banyak karena pengalaman hidup. Seperti saya, pengalaman hidup saat itu banyak membentuk jiwa saya pada saat ini. (***)
Sumber : Padang Express oleh Wimar Witular

Tidak ada komentar: